Pagi ini aku berangkat sekolah dengan wajah yang sedikit agak pucat.
Ibu telah bilang padaku, jika kau tidak sehat aku boleh istirahat hari ini.
Tapi aku memutuskan untuk tetap berangkat sekolah. Aku berjalan perlahan menuju
ruang kelasku, belum aku sampai kelas seseorang memanggilku dengan lantang
“Grisly! Tunggu!” kata Ara sembari berlari ke arahku. “Kenapa kau tidak kembali
tadi malam? Aku menunggumu, kau pasti akan menang dan menjadi Putrinya” kata
Ara menyesal. “Maafkan aku maghku kambuh dan aku harus segera pulang, haha kau
bisa saja. Kau lah yang menjadi Putrinya! Benarkan tebakkan ku?” kataku. “Hehe,,
iya kau benar.” Jawabnya lagi sembari tersenyum. “Ara.. disini kau rupanya, aku
mencarimu, tahu tidak!?” kata Hans yang tiba-tiba muncul dan memcubit pipi Ara.
“Hai.. kita
bertemu lagi, aku sudah lama menghindarimu. Sungguh tak mudah bagiku rasanya tak
ingin bernafas lagi, tegak berdiri di depanmu kini. Dan upayaku tahu diri tak
selamanya behasil, apabila kau muncul terus begini tanpa pernah kita bisa
bersama, pergilah menghilang sajalah lagi.” (Backsound)
“Kenapa…..” batinku. “Ra, aku akan pergi sekarang…”
jawabku meninggalkan mereka yang tak menyadari ucapanku. Aku duduk terdiam
entahlah pikiranku tidak karuan. “Aku
bingung! Kenapa? Ada apa dengan Hans?! Kenapa dia tidak pernah mengerti? Apa
dia benar-benar tidak merasa sedikitpun kalau aku ini…. Aku.. aku tahu kami
tidak akan pernah bersatu tapi setidaknya aku ingin dia tidak mencari orang
lain, aku ingin sebuah keajaiban yang akan mempertemukan aku dengannya suatu
hari nanti. Aku pikir dia memahami itu aku pikir dia… aku salah! Kenapa aku
sebodoh ini!” batinku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.