Hari yang ditunggu-tunggu semua siswa akhirnya datang juga, nanti
malam Willing’s Party akan berlangsung. Semua orang sibuk mempersiapkan dirinya
masing-masing tak terkecuali aku, apalagi aku termasuk penyusun dari acara ini berlangsung.
Tapi tak berarti aku tidak diizinkan untuk mengikuti acara ini. “Gris! Siapa
pasanganmu nanti malam? Apa kau sudah menentukannya?” Tanya Zerlin
mengagetkanku. “Zer! Kau ini kebiasaan burukmu mengagetkanku itu harus hilang!
Soal itu, aku tidak tahu haha tenang sajalah temanmu ini pasti akan mendapatkan
seorang pangeran.” Jawabku menyakinkan. “Baiklah aku tunggu ya! Hei kau jangan
terlalu capek! Sudahlah kasih pekerjaan itu kepada anak laki-laki itu!” jawabny
sambil menunjuk ke arah Ken. Ken yang sadar segera membantuku menyelesaikan
pekerjaan ini. “Gris, maukah kau datang bersamaku malam ini?” katanya. “Apa?
Haha baiklah! Jemput aku jam 07.00 p.m dan jangan sampai telat!” kataku tegas.
“Siap Putriiii!!” lanjutnya. Kenapa harus Ken yang mengajakku duluan? Kenapa
tidak orang itu?! Ahh! Aku tidak berpikir dia masih mengenalku lagi.
Waktu menunjukkan pukul 06.15 p.m. aku masih memandangi beberapa
lukisanku tentang seseorang yang aku rindukan. Hans.. dia satu-satunya orang
yang aku rindukan saat ini. Aku mengingat salah satu lukisankum, itu diambil
saat kami sedang belajar bersama di taman belakang sekolah. Ketika itu dia
tidak belajar matematika dengan serius tapi dia malah beralih belajar bermain
gitar. Aku memang sedikit fasih untuk bermain alat musik, salah satunya gitar.
Gitar itu aku beli dengan uangku sendiri. Maka dari itu aku sangat menyayangi
gitar milikku itu. Aku melukis wajahnya yang terlihat kesal karena belum juga
berhasil. “Itu lucu!”. “Grisly! Ken sudah datang. Apa kau aka segera turun?”
panggil mama. “Astagfirulloh! Aku lupa! Iya tunggu sebentar, ma” jawabku lalu
bergegas.
“Kau ini bagaimana, kau bilang padaku kita tidak boleh telat. Tapi
kau membuat kita telat!” kata Ken meledekku. “Maafkan aku… aku benar-benar
menyesal” jawabku menyesal. “Kau ini bodoh!” lanjutnya sembari mengusap
kepalaku. “Kau ini, selalu memancingku untuk membunuhmu ya!! Jangan merusak
rambutku, butuh 30 menit untuk merapikannya kau tahu tidak!” kataku. Ken
menjemputku dengan mobilnya, di sepanjang perjalanan kami terus-menerus saling
meledek satu sama lain. Ini kebiasaan kami bercanda haha ini menyenangkan.
Setelah beberapa menit kemudian kami sampai. Sudah begitu ramai di
sini semua gadis memakai gaun terbaik mereka. Gadis-gadis itu juga bersama dengan
pasangannya masing-masing. Semua mata tertuju padaku, entah apa yang membuat
mereka begitu memperhatikanku. Aku mulai bingung dan mencari-cari apa
kesalahanku. “Ken.. apakah ada yang salah padaku? Kenapa gadis-gadis itu
melihatku seperti itu?” bisikku pada Ken. “Hmmm… Ya!! Aku menemukannya! Kau
terlalu cantik malam ini, Gris! Lihatlah dirimu!” jawabnya memujiku. “Kau ini!
Bukan waktunya kita bercanda. Tolong katakan apa ada yang salah dengan
menampilanku?
Apakah bibirku terlihat terlalu mencolok? Atau bajuku terlalu
jadul? Atau…” kataku dengan cepat. “Susst.. kau sangat cantik malam ini, semua
orang melihatmu, karena mereka iri denganmu! Percayalah padaku, kau sangat
cocok dengan gaun coklatmu itu!” katanya, menghentikan pertanyaanku. Aku
memakai gaun pilihan Ibu, Ibu telah mempersiapkan gaun itu sejak dua minggu
yang lalu. Gaun berwarna coklat dengan tali pita di depannya, ini adalah
satu-satunya gaun yang aku sukai. Dengan rambut kepang dengan pita kecil juga
sepatu highhells yang baru ku beli kemarin malam.
“Gris!! Di sini!” panggil Zerlin sembari menyuruhku datang ke
tempatnya. “Baiklah, tunggu sebentar” jawabku. “Ayo kita ke sana Ken!” ajakku
pada Ken. “Iya, kau duluan saja aku haus. Aku akan mengambil air minum, apa kau
mau juga?” katanya. “Iya! Ambilkan untukku satu ya!” jawabku lantang. “Enak
saja! Kau ambilah sendiri!:p haha” katanya meledek lalu pergi. “Huh.. dasar!”
bisikku.
Dengan berhati-hati aku menuju tempat Zerlin, ini pertama kalinya aku
menggunakan HighHells itu pun Ibu yang menyarankan. Aku terbiasa menggunakan
sepatu sport atau slop. “Hai Zer! Apa kau sudah datang dari tadi? Hei, kau
terlihat cantik!” kataku. “Ya, aku datang tepat pada waktunya. Apa kau
terlambat? Haha terimakasih, apa kau baru sadar?:p” jawabnya meledekku. “Wow
kau sungguh rajin! Hehe maafkan aku.. kau ini aku puji malah semakin makin-__-”
kataku. “Gris! Kali ini aku akan berkata jujur padamu. Kau sungguh cantik!!
Haha, pertahankan dandananmu itu!:p Oya ngomong-ngomong kau ke sini dengan
siapa? Apa dengan Hans? Itu hebat! Apa kau sudah tahu dia telah kembali?”
bisiknya padaku. “Kau bicara apa sih! Sudahlah, aku datang ke sini dengan Ken”.
Jawabku. “Hai gadis-gadis cantik:O ini minumannya tuan Putrii.” Kata Ken
sembari menyodorkan segelas air minum. “Ehmm.. kalian itu bikin iri saja!” kata
Zerlin. “Hei, kenapa kau tidak datang bersama Renno?” Tanya Ken. “Yak kau
tahulah, Renno selalu telat. Dia bilang padaku akan datang 3 menit lagi tapi
sampai 10 menit dia tidak juga muncul-__-” kata Zerlin menjelaskan.
“Hai kawan!! Hai sayang…:D” kataku Renno mengagetkan sembari menyapa
kami. “Renno apa kau tidak bisa datang lebih lama lagi??!!” kata Zerlin sedikit
kesal. “Maafkan aku, aku harus menjemput Hans dulu. Tolong mengertilah.” Kata
Renno menjelaskan. “Hai, maafkan Renno, karena aku dia datang terlambat.” Kata
seorang laki-laki di belakang Renno. Renno di sini, dia ada di depanku saat
ini. Jantungku, jantungku berdetak tak beraturan. Akhirnya aku melihatnya! Ya,
aku melihat Hans di sini, aku melihat seseorang yang telah lama aku rindukan.
Aku benar-benar melihatnya! “Ya, Allah tolong jangan berhentikan saat-saat ini.
Tolong biarkan aku melihat matanya, yang selalu bersinar ke arahku, tolong
biarkan aku melihat senyumnya yang selalu terpancar. Tolong biarkan aku tetap
disini mengenalkan dari pertama lagi. Aku tidak bisa melupakannya, aku benar
mencintainya. Maafkan aku ya Tuhanku.. aku telah berusaha menghapusnya tapi kau
izinkan aku untuk bertemu dengannya” batinku.
“Hai, lama tidak bertemu denganmu..” sapa seseorang dengan lembut.
“Hhh. Iya Hans! Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu? Kau harus selalu baik,
oke?!” kataku mengalihkan pikiranku. Aku benar-benar gugup dan tidak tahu harus
bagaimana, aku hanya mengeluarkan kata-kata yang tersisa di otakku. Dan berdoa
semoga aku tidak salah berbicara. “Aku baik, berkat doamu Gris terimakasih ya. Tapi
kau semakin cantik, bukankah begitu?” katanya sembari tersenyum. “Alhamdulilah,
hehe, kau ini bisa saja!”. Suasana saat itu sangat asing, aku benar-benar
merasa sangat senang bisa bertemu dengan Hans tapi entah kenapa hatiku merasa
gelisah. Zerlin yang sibuk berbincang dengan pacarnya Renno, sedangkan Ken
sesekali melihat ke arahku. Di samping Ken, terlihat seorang gadis cantik
berdiri dengan gaun merahnya. Sesekali aku memperhatikan gadis itu. Dia.. Ara!
Ya, aku tidak salah lagi. Itu Ara. Tapi mau apa dia di sini?
“Hans, apa kau datang sendiri?” tanyaku pelan. “Tidak, aku bersama
Ara tadi. Itu dia! Hai ra, kemarilah” jawabnya sembari menarik tangan Ara
dengan lembut. “Gris, tolong perkenalkan, ini pacarku” lanjutnya lagi. Seketika badanku terasa lemas, kakiku
sepertinya tidak kuat lagi jika harus berdiri. Mataku perlahan berkaca-kaca.
Dan saat itulah Ken tahu apa yang harus dia lakukan. Dengan cepat Ken datang
dan langsung berdiri tepat di sampingku, dari bawah tangannya perlahan
mengenggemgam tanganku.
Aku masih terkejut dan tidak tahu harus berkata apa,
dengan senyum manisnya Ara mengulurkan tangannya ke arahku. “Hai, sudah lama
sekali kita tidak bertemu Gris!” katanya menjabat tanganku. “Iyaa, hehe. Kau
pasti baik-baik sajakan” kataku tegas. Ara juga adalah teman sepermainanku.
Tapi Ara telah mengenal Hans setahun lebih lama dari padaku. Aku tidak begitu
akrab dengan Ara, ketika itu kami malah seperti orang yang bermusuhan. Aku tahu
Ara telah menyukai Hans lebih lama dari aku menyukainya. Aku katakan itu pada
Hans tapi kemudian Hans bilang kepadaku bahwa dia tidak suka dengan Ara, dia
gadis yang manja dan ke kanak-kanakan. Tapi yang aku lihat sekarang adalah
kebalikannya. Dia gadis yang dewasa dan baik. Dia berbeda dari yang aku kenal
dulu.
Aku kembali menggenggam tangan Ken kali ini aku memberinya kode bahwa
aku tidak kuat untuk tetap di sini. Dan ternyata Ken mengetahui maksudku.
“Maaf, apakah kami boleh keluar sebentar?” kata Ken pada Hans dan Ara. Dengan
cepat ken menarikku keluar menuju mobilnya. Aku tertawa kecil. “Sudahlah,
jangan tunjukkan wajah seperti itu. Tolong jangan bohongi dirimu sendiri” kata
Ken. Aku terdiam sejenak, pikiranku melayang jauh, aku masih berusaha menutupi
perasaanku lagi. Tapi air mataku terlanjur jatuh, dan aku menangis kecil.
“Tenanglah, aku di sini” kata Ken sembari menyenderkan kepalaku di bahunya. Aku
benar-benar tidak bisa menahan ini, aku telah berusaha tapi tetap saja aku
tidak bisa! “Menangislah sepuasmu malam ini di sini di bahuku. Tapi berjanjilah
padaku ini yang terakhir. Sebaiknya kita pulang, mereka tidak boleh melihatmu
seperti ini” lanjutnya.
****


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.