Desember 07, 2012

Tahu Diri (Part 4)


Hari yang ditunggu-tunggu semua siswa akhirnya datang juga, nanti malam Willing’s Party akan berlangsung. Semua orang sibuk mempersiapkan dirinya masing-masing tak terkecuali aku, apalagi aku termasuk penyusun dari acara ini berlangsung. Tapi tak berarti aku tidak diizinkan untuk mengikuti acara ini. “Gris! Siapa pasanganmu nanti malam? Apa kau sudah menentukannya?” Tanya Zerlin mengagetkanku. “Zer! Kau ini kebiasaan burukmu mengagetkanku itu harus hilang! Soal itu, aku tidak tahu haha tenang sajalah temanmu ini pasti akan mendapatkan seorang pangeran.” Jawabku menyakinkan. “Baiklah aku tunggu ya! Hei kau jangan terlalu capek! Sudahlah kasih pekerjaan itu kepada anak laki-laki itu!” jawabny sambil menunjuk ke arah Ken. Ken yang sadar segera membantuku menyelesaikan pekerjaan ini. “Gris, maukah kau datang bersamaku malam ini?” katanya. “Apa? Haha baiklah! Jemput aku jam 07.00 p.m dan jangan sampai telat!” kataku tegas. “Siap Putriiii!!” lanjutnya. Kenapa harus Ken yang mengajakku duluan? Kenapa tidak orang itu?! Ahh! Aku tidak berpikir dia masih mengenalku lagi.
Waktu menunjukkan pukul 06.15 p.m. aku masih memandangi beberapa lukisanku tentang seseorang yang aku rindukan. Hans.. dia satu-satunya orang yang aku rindukan saat ini. Aku mengingat salah satu lukisankum, itu diambil saat kami sedang belajar bersama di taman belakang sekolah. Ketika itu dia tidak belajar matematika dengan serius tapi dia malah beralih belajar bermain gitar. Aku memang sedikit fasih untuk bermain alat musik, salah satunya gitar. Gitar itu aku beli dengan uangku sendiri. Maka dari itu aku sangat menyayangi gitar milikku itu. Aku melukis wajahnya yang terlihat kesal karena belum juga berhasil. “Itu lucu!”. “Grisly! Ken sudah datang. Apa kau aka segera turun?” panggil mama. “Astagfirulloh! Aku lupa! Iya tunggu sebentar, ma” jawabku lalu bergegas.
“Kau ini bagaimana, kau bilang padaku kita tidak boleh telat. Tapi kau membuat kita telat!” kata Ken meledekku. “Maafkan aku… aku benar-benar menyesal” jawabku menyesal. “Kau ini bodoh!” lanjutnya sembari mengusap kepalaku. “Kau ini, selalu memancingku untuk membunuhmu ya!! Jangan merusak rambutku, butuh 30 menit untuk merapikannya kau tahu tidak!” kataku. Ken menjemputku dengan mobilnya, di sepanjang perjalanan kami terus-menerus saling meledek satu sama lain. Ini kebiasaan kami bercanda haha ini menyenangkan.
Setelah beberapa menit kemudian kami sampai. Sudah begitu ramai di sini semua gadis memakai gaun terbaik mereka. Gadis-gadis itu juga bersama dengan pasangannya masing-masing. Semua mata tertuju padaku, entah apa yang membuat mereka begitu memperhatikanku. Aku mulai bingung dan mencari-cari apa kesalahanku. “Ken.. apakah ada yang salah padaku? Kenapa gadis-gadis itu melihatku seperti itu?” bisikku pada Ken. “Hmmm… Ya!! Aku menemukannya! Kau terlalu cantik malam ini, Gris! Lihatlah dirimu!” jawabnya memujiku. “Kau ini! Bukan waktunya kita bercanda. Tolong katakan apa ada yang salah dengan menampilanku?

Apakah bibirku terlihat terlalu mencolok? Atau bajuku terlalu jadul? Atau…” kataku dengan cepat. “Susst.. kau sangat cantik malam ini, semua orang melihatmu, karena mereka iri denganmu! Percayalah padaku, kau sangat cocok dengan gaun coklatmu itu!” katanya, menghentikan pertanyaanku. Aku memakai gaun pilihan Ibu, Ibu telah mempersiapkan gaun itu sejak dua minggu yang lalu. Gaun berwarna coklat dengan tali pita di depannya, ini adalah satu-satunya gaun yang aku sukai. Dengan rambut kepang dengan pita kecil juga sepatu highhells yang baru ku beli kemarin malam.
“Gris!! Di sini!” panggil Zerlin sembari menyuruhku datang ke tempatnya. “Baiklah, tunggu sebentar” jawabku. “Ayo kita ke sana Ken!” ajakku pada Ken. “Iya, kau duluan saja aku haus. Aku akan mengambil air minum, apa kau mau juga?” katanya. “Iya! Ambilkan untukku satu ya!” jawabku lantang. “Enak saja! Kau ambilah sendiri!:p haha” katanya meledek lalu pergi. “Huh.. dasar!” bisikku.
Dengan berhati-hati aku menuju tempat Zerlin, ini pertama kalinya aku menggunakan HighHells itu pun Ibu yang menyarankan. Aku terbiasa menggunakan sepatu sport atau slop. “Hai Zer! Apa kau sudah datang dari tadi? Hei, kau terlihat cantik!” kataku. “Ya, aku datang tepat pada waktunya. Apa kau terlambat? Haha terimakasih, apa kau baru sadar?:p” jawabnya meledekku. “Wow kau sungguh rajin! Hehe maafkan aku.. kau ini aku puji malah semakin makin-__-” kataku. “Gris! Kali ini aku akan berkata jujur padamu. Kau sungguh cantik!! Haha, pertahankan dandananmu itu!:p Oya ngomong-ngomong kau ke sini dengan siapa? Apa dengan Hans? Itu hebat! Apa kau sudah tahu dia telah kembali?” bisiknya padaku. “Kau bicara apa sih! Sudahlah, aku datang ke sini dengan Ken”. Jawabku. “Hai gadis-gadis cantik:O ini minumannya tuan Putrii.” Kata Ken sembari menyodorkan segelas air minum. “Ehmm.. kalian itu bikin iri saja!” kata Zerlin. “Hei, kenapa kau tidak datang bersama Renno?” Tanya Ken. “Yak kau tahulah, Renno selalu telat. Dia bilang padaku akan datang 3 menit lagi tapi sampai 10 menit dia tidak juga muncul-__-” kata Zerlin menjelaskan.
“Hai kawan!! Hai sayang…:D” kataku Renno mengagetkan sembari menyapa kami. “Renno apa kau tidak bisa datang lebih lama lagi??!!” kata Zerlin sedikit kesal. “Maafkan aku, aku harus menjemput Hans dulu. Tolong mengertilah.” Kata Renno menjelaskan. “Hai, maafkan Renno, karena aku dia datang terlambat.” Kata seorang laki-laki di belakang Renno. Renno di sini, dia ada di depanku saat ini. Jantungku, jantungku berdetak tak beraturan. Akhirnya aku melihatnya! Ya, aku melihat Hans di sini, aku melihat seseorang yang telah lama aku rindukan. Aku benar-benar melihatnya! “Ya, Allah tolong jangan berhentikan saat-saat ini. Tolong biarkan aku melihat matanya, yang selalu bersinar ke arahku, tolong biarkan aku melihat senyumnya yang selalu terpancar. Tolong biarkan aku tetap disini mengenalkan dari pertama lagi. Aku tidak bisa melupakannya, aku benar mencintainya. Maafkan aku ya Tuhanku.. aku telah berusaha menghapusnya tapi kau izinkan aku untuk bertemu dengannya” batinku.
“Hai, lama tidak bertemu denganmu..” sapa seseorang dengan lembut. “Hhh. Iya Hans! Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu? Kau harus selalu baik, oke?!” kataku mengalihkan pikiranku. Aku benar-benar gugup dan tidak tahu harus bagaimana, aku hanya mengeluarkan kata-kata yang tersisa di otakku. Dan berdoa semoga aku tidak salah berbicara. “Aku baik, berkat doamu Gris terimakasih ya. Tapi kau semakin cantik, bukankah begitu?” katanya sembari tersenyum. “Alhamdulilah, hehe, kau ini bisa saja!”. Suasana saat itu sangat asing, aku benar-benar merasa sangat senang bisa bertemu dengan Hans tapi entah kenapa hatiku merasa gelisah. Zerlin yang sibuk berbincang dengan pacarnya Renno, sedangkan Ken sesekali melihat ke arahku. Di samping Ken, terlihat seorang gadis cantik berdiri dengan gaun merahnya. Sesekali aku memperhatikan gadis itu. Dia.. Ara! Ya, aku tidak salah lagi. Itu Ara. Tapi mau apa dia di sini?
“Hans, apa kau datang sendiri?” tanyaku pelan. “Tidak, aku bersama Ara tadi. Itu dia! Hai ra, kemarilah” jawabnya sembari menarik tangan Ara dengan lembut. “Gris, tolong perkenalkan, ini pacarku” lanjutnya lagi.  Seketika badanku terasa lemas, kakiku sepertinya tidak kuat lagi jika harus berdiri. Mataku perlahan berkaca-kaca. Dan saat itulah Ken tahu apa yang harus dia lakukan. Dengan cepat Ken datang dan langsung berdiri tepat di sampingku, dari bawah tangannya perlahan mengenggemgam tanganku.

Aku masih terkejut dan tidak tahu harus berkata apa, dengan senyum manisnya Ara mengulurkan tangannya ke arahku. “Hai, sudah lama sekali kita tidak bertemu Gris!” katanya menjabat tanganku. “Iyaa, hehe. Kau pasti baik-baik sajakan” kataku tegas. Ara juga adalah teman sepermainanku. Tapi Ara telah mengenal Hans setahun lebih lama dari padaku. Aku tidak begitu akrab dengan Ara, ketika itu kami malah seperti orang yang bermusuhan. Aku tahu Ara telah menyukai Hans lebih lama dari aku menyukainya. Aku katakan itu pada Hans tapi kemudian Hans bilang kepadaku bahwa dia tidak suka dengan Ara, dia gadis yang manja dan ke kanak-kanakan. Tapi yang aku lihat sekarang adalah kebalikannya. Dia gadis yang dewasa dan baik. Dia berbeda dari yang aku kenal dulu.
Aku kembali menggenggam tangan Ken kali ini aku memberinya kode bahwa aku tidak kuat untuk tetap di sini. Dan ternyata Ken mengetahui maksudku. “Maaf, apakah kami boleh keluar sebentar?” kata Ken pada Hans dan Ara. Dengan cepat ken menarikku keluar menuju mobilnya. Aku tertawa kecil. “Sudahlah, jangan tunjukkan wajah seperti itu. Tolong jangan bohongi dirimu sendiri” kata Ken. Aku terdiam sejenak, pikiranku melayang jauh, aku masih berusaha menutupi perasaanku lagi. Tapi air mataku terlanjur jatuh, dan aku menangis kecil. “Tenanglah, aku di sini” kata Ken sembari menyenderkan kepalaku di bahunya. Aku benar-benar tidak bisa menahan ini, aku telah berusaha tapi tetap saja aku tidak bisa! “Menangislah sepuasmu malam ini di sini di bahuku. Tapi berjanjilah padaku ini yang terakhir. Sebaiknya kita pulang, mereka tidak boleh melihatmu seperti ini” lanjutnya. 
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.