Seperti biasanya aku melakukan rutinitasku setiap hari. Kali ini aku
pergi ke taman di belakang sekolah. “Hai! Apa yang sedang kau lakukan sendirian
di sini?” Tanya seorang lelaki. “Hai, Ken! Kemarilah aku ingin menunjukkan
sesuatu kepadamu!” jawabku mengajak. Kemudian dia duduk disebelahku sembari
melihat apa yang akan aku tunjukkan. “Hmm.. bagaimana menurutmu?
Aku sudah lama
memperhatikan taman ini dan aku tertarik untuk melukisnya, hehe” jawabku
menunjukkan lukisanku sembari tertawa kecil. “Sudah ku duga! Lukisanmu sangat…
Gris! Lukisanmu sangat jelek! Hahaha” jawabnya lalu lari menggodaku. Ken adalah
salah satu sahabatku yang sangat dekat, kami seperti orang yang sedang
berpacaran tapi itu menurut teman-temanku yang lain. Aku lebih menganggapnya
sebagai kakakku, dia selalu melindungi aku dan memperhatikan kondisiku. Dia
juga lebih tua 6 bulan dariku. Sempat beredar kabar bahwa Ken menyukaiku lebih
dari sekedar sahabat, tapi aku menghiraukannya. “Kau! Berhenti di sana!!”
kataku masih mengejarnya. “Haha, aku tidak mau, aku tidak mau! Coba saja kejar
aku!:p” jawabnya meledek. “Kau ini!! Awas kau yah! Aduh, sakit!……..” lirihku.
“Hei, apa kau tahu, aku tahu kau bercanda” jawab Ken dari kejauhan. Kakiku
terkilir dan aku tidak dapat menggerakkannya. Aku berpikir Ken akan pergi
karena dia mengira aku bercanda. “Gris, apa kau tidak apa-apa?” kata seseorang
dari belakang. “Ken! Aku kira kau sudah pergi. Kakiku…” jawabku. “Naiklah, aku
akan menggendongmu! Cepat!” kata Ken sambil menundukkan badannya. “Baiklah,
tolong jangan meledekku karena aku sedikit berat” jawabku mengingatkan. “Kau
ini! haha” jawab Ken dengan lembut. Kakiku benar-benar sakit saat itu aku
hampir menangis namun aku menahan itu. Ken mengenalku sebagai gadis yang kuat.
Dia tidak pernah melihatku menangis sekalipun. “Gris,, kau jangan tidur ya!
haha” katanya meledek. “Kau ini! Awasnya, aku belum sempat memukulmu!” jawabku
sembari mencubit pipi kanannya. Ken hanya tertawa kecil dan mengusap kepalaku
sembari berkata kecil “Manis, manis..” setidaknya itu yang aku dengar. Di
tengah perjalanan menuju UKS seseorang dari kejauhan seperti memperhatikanku.
Aku berhenti, sepertinya itu teman Ken. “Deg.. Deg…” “Ken! Nanti kita ada
pertandingan baseball, aku tunggu kau di ruangan kita oke!” kata lelaki itu.
“Ya aku benar itu teman Ken! Tapi, kenapa.. kenapa jantungku berdetak dengan
cepat. Orang itu.. dia. Dia yang aku tabrak waktu itu” kataku mengingat.
Setelah beberapa saat, kami sampai di UKS dan Ken segera memeriksa kakiku.
“Ken.. boleh aku bertanya?” kataku gugup. “Tentu saja, apa yang ingin kau
tahu?” katanya sembari tersenyum ke arahku. “Laki-laki tadi… dia itu siapa ya?
Kenapa aku baru melihatnya?” lanjutku. “Maksudmu Hans? Ya, dia seangkatan
dengan kita bukankah dulu kau sekelas dengannya? Bahkan dulu kalian sangat
dekat. Saat di kelas XI dia memutuskan untuk privat. Jadi guru akan datang ke
rumahnya, dia harus menjaga Ibunya yang tidak bisa ditinggal begitu saja maka dari itu sekolah menyarankan system itu
dia tetap di rumah dan guru mengajarkannya di rumah. Homescooling! Itu
maksudku” katanya menjelaskan. “Hans?” jawabku kaget. Bahkan dia tidak pernah
mengatakan itu kepadaku. Apa yang terjadi pada Ibunya? Sejak awal kami bertemu,
ketika tidak sengaja aku menabraknya. Saat itu jantungku berdetak cepat dan itu
memang hanya terjadi ketika aku berada dekat dengannya. Tapi kenapa aku bisa
tidak mengenalinya? Ataukah ini karena aku benar-benar tidak bertemu dengannya,
dan saat itu aku berpikir dia menghilang makannya aku memutuskan untuk
melupakannya. Tapi…
****

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.