Sahabatku,
Tiada hati yang menjerit kesakitan
Daripada kau acuhkan aku seharian
Daripada kau hiraukan aku sendirian
Daripada kau rasani aku sesepian
Risau gelisah yang tertanam ini
Memuncak sepuncak-puncaknya
Takut kekhawatiran yang terbenam ini
Mengalir sengalir-ngalirnya
Cemas kekalutan terpendam ini
Merambat serambat-rambatnya
Sahabatku,
Kita kan selalu bersama tanpa berdekatan
Kita kan selalu beramah tanpa berteguran
Kita kan selalu bergurau tanpa bertemuan
Kita kan selalu bersatu tanpa berikatan
Merindukanmu tak tersalurkan
Mengenangmu tak terindahkan
Menyayangimu tak terbayangkan
Sahabatku,
Kita diam dan mendiamkan…ya?
Kita rindu dan merindukan…ya?
Tak terucap tak tersalur
Tak terdengar tak terlihat
Ada apa? Kenapa….
Memilih memendam debuan rindu daripada mengirim pesan
singkat
Memilih mendiam kata seribu daripada menyapa telepon genggam
Memilih pura-pura tak melihat daripada memberitahu kau ada
Memilih menyembunyikan daripada mencetus hilang ketakutan
Tiada keperihan luka daripada hati yang diabaikan, sahabat
sendiri
Orang kepercayaan, selain keluarga
Tiada kerapuhan tulang daripada hati yang diinjakkan
Orang yang selalu bersama, menemani
Tiada kegamangan pandang daripada hati yang dikoyakkan
Sahabatku,
Kau adalah darah dalam tubuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.