November 06, 2014

Sahabatku


Sahabatku,
Tiada hati yang menjerit kesakitan
Daripada kau acuhkan aku seharian
Daripada kau hiraukan aku sendirian
Daripada kau rasani aku sesepian

Risau gelisah yang tertanam ini
Memuncak sepuncak-puncaknya
Takut kekhawatiran yang terbenam ini
Mengalir sengalir-ngalirnya
Cemas kekalutan terpendam ini
Merambat serambat-rambatnya

Sahabatku,
Kita kan selalu bersama tanpa berdekatan
Kita kan selalu beramah tanpa berteguran
Kita kan selalu bergurau tanpa bertemuan
Kita kan selalu bersatu tanpa berikatan

Merindukanmu tak tersalurkan
Mengenangmu tak terindahkan
Menyayangimu tak terbayangkan

Sahabatku,
Kita diam dan mendiamkan…ya?
Kita rindu dan merindukan…ya?
Tak terucap tak tersalur
Tak terdengar tak terlihat

Ada apa? Kenapa….
Memilih memendam debuan rindu daripada mengirim pesan singkat
Memilih mendiam kata seribu daripada menyapa telepon genggam
Memilih pura-pura tak melihat daripada memberitahu kau ada
Memilih menyembunyikan daripada mencetus hilang ketakutan

Tiada keperihan luka daripada hati yang diabaikan, sahabat sendiri
Orang kepercayaan, selain keluarga
Tiada kerapuhan tulang daripada hati yang diinjakkan
Orang yang selalu bersama, menemani
Tiada kegamangan pandang daripada hati yang dikoyakkan

Sahabatku,
Kau adalah darah dalam tubuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.