Ketika doa seakan terdengar
Bagai sebuah tetesan hujan
Yang jatuh beraturan
Menyalami ribuan pepohonan
Bagai sebuah dentuman petir
Yang gema bersahutan
Menyapa luasan perlangitan
Bagaimana tidak aku berharap
Ketika sapaan itu nyata
Sampai membisukan kata
Lalu denyut menggetarkan raga
Padahal tak sering berkata
Padahal tak sering menyapa
Sampai menghabiskan udara
Lalu pandang memburamkan mata
Padahal tak sering berada
Padahal tak sering merasa
Tapi bagaimana tidak aku berharap
Ketika mataku melihat
Ketika hatiku merasa
Sebuah senyuman bagai lukisan mahakarya
Sebuah aura bagai pelukan maharasa
Teruntuk untukku,
Tokoh utama yang selalu berharap
Menahan segala sorakan sepi
Gundah gulana merapat hati
Menunggu cairnya kebekuan waktu
Menunggu nyatunya kejadian satu
Peristiwa bernamakan takdir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.