Juli 11, 2014

I Only See You

Sejak pertemuan pertama itu
Mataku menerawang jauh
Asing, khawatir, takut
Kiranya seperti itu yang kurasa
Tapi seberkas cahaya mengalihkan pandangku
Cahaya itu semakin terang

Ketika kusadari ada seseorang dibalik cahaya itu
Kupercepat langkahku kupertajam pandanganku
Hatiku bergetar jantungku berdegup hebat
Seketika wajah itu semakin jelas terlihat oleh mataku
Matanya menyipit kala senyumnya terukir jelas saat berhadapan dengan teman seperkumpulannya
Tanpa sadar wajahku merona, merah

Dan dengan sekelebet!
Pandangan kami saling bertemu saling merasakan debaran itu
Hening.
Masih merasakan debaran itu kucoba tuk memperlihatkan barisan gigi putihku
Tersenyum manis dan lagi mataku berbinar

DEG!

Wajah itu berpaling secepat kilat
Meninggalkan luka dicelah-celah hati kecilku
Mengabaikan debaran jantungnya
Dia kembali tersenyum lepas bersama teman-temannya
Memperlihatkan kerut sipit matanya
Bisa kurasakan binar mataku menghilang seketika
Senyum manis yang kuukir hanya tuk dirinya hilang sudah
google.com


















Jatuh. Aku jatuh lagi
Pikiranku melayang, bertanya-tanya pada diriku sendiri
Dia membalas tatapanku tapi kenapa tak membalas senyumanku?
Di sinilah aku sekarang
Duduk di bangku pojok taman sekolah kita
Menyibukkan diriku membaca buku Biologi kesukaanku
Bukan. Bukan menyibukkan melainkan mengalihkan pandangan orang di sekitarku
Dalam diam dan segumpal harapan tuk bisa melihatnya dari sini

Benar saja.
Dia di sana, bersama teman seperkumpulannya
Masih dengan canda dan tawa mencoba men-shoot bola basket yang sejak tadi ia drible

Takjub!

Mataku kembali berbinar
Benar, setiap waktu beginilah aku
Memperhatikannya diam-diam berteriak memanggil namanya dalam hati
Tak peduli bagaimana orang beranggapan
Aku hanya ingin dan akan melihatmu
Walaupun tidak untukmu.

Biarlah begini
Biarlah hanya aku yang melihatmu
Biarlah aku yang melihat wajah itu
Biarlah aku yang menikmati pemandangan ini

Tetaplah disitu
Tetaplah di tempat yang mana aku bisa melihatmu dengan bersembunyi
Tetaplah jadi pangeran yang kumaki
Pangeran yang tak pernah menyadari bagaimana mata ini melihat
Bagaimana senyum ini terus terukir.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.