September 23, 2015

Dalam Diamku

Apalagi yang kuharapkan? Apa lagi yang kucita-citakan?
Ketika diawal cerita aku terlanjur menutup hati, menyimpannya dalam-dalam untuk seseorang yang kan menjadi satu-satunya. Dengan menghindari berbagai senyuman yang menyambutku hangat, menjauhi setiap yang bergerak mendekat. Aku memilih menjaga kesemuanya itu untuk seseorang yang telah merebut perhatianku, mencuri pandangku dan membawa hatiku.
Seseorang yang baru saja kembali untuk memberiku senyuman itu lagi, senyuman pertama seperti yang ditunjukannya dulu, yang membuat seluruh oksigen di sekitarku seakan habis. Senyuman yang dulu kukira adalah untukku, ternyata aku salah karena saat ini senyuman itu tertuju untuk sahabatku, disebelahku.
Aku tersenyum getir. Tak bisakah dia tak menunjukkannya langsung di depanku? Setidaknya biarkan aku menutup mata, telinga dan pikiranku dari segala kemungkinan yang akan terjadi setelah lima tahun berlalu. Biarkan aku menganggap bahwa dia kembali untukku.
Dalam diamku, aku memperhatikannya yang telah lama jauh dari pandangku. Memperhatikan bagaimana matanya yang lembut menatap sahabatku. Kemudian menoleh dan pura-pura sibuk ketika mata tak sengaja bertatap. Dalam diamku, bibirku melengkung menciptakan sebuah senyum hanya untuknya yang sedang menciptakan tawa untuk sahabatku. Ya Tuhanku, bagaimana bisa aku merasakan perasaan senang dan sedih dalam satu waktu.
Dan malam itu seperti malam-malam biasanya, malam dimana pengantaran airmata pada Tuhan. Malam pengaduan rasa yang tak berkesudahan, yang akhirnya membawaku berteriak dalam hati meminta ketangguhan diri karena rasa seperti tak mampu lagi, menekan perasaan atau menyimpan dalam hati. Dalam kesedihan yang tak dianjurkan ini, aku bersimpuh berlinang airmata. Bisakah aku tak mengerti dan tak mau tahu tentang apa-apa yang membawaku pada perasaan ini?
Dalam diamku, biarkan aku berusaha mengambil hatiku kembali, mencintai sendirian sungguh tak apa karena Tuhan telah siapkan janji-janji indah suatu hari nanti. Kalaupun tak begitu dalam diamku, biarkan Tuhan menggantikan hatiku dengan yang baru yang membuatku berucap rasa syukur tak henti, yang membuat jatuhnya airmataku disepertiga malam terbayar tunai dengan senyum dan tawa bahagia yang diciptakan pemilik hatiku yang baru.
Dalam diamku, biarkan aku terus perbaiki tutur kataku, menyiapkan diri untuk seseorang yang menjadi takdirku. Tak lagi curi-curi pandang kepada yang bukan halalku, tak lagi menghancurkan hatiku. Lalu biarkan aku hanya menyebut namanya yang aku cintai dalam diamku disetiap malam-malamku bersujud pada Tuhanku. Menunggu takdir membawaku kepada seseorang yang Tuhan siapkan hanya untukku.
01 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.