Ketika diawal cerita aku terlanjur menutup hati, menyimpannya dalam-dalam untuk seseorang yang kan menjadi satu-satunya. Dengan menghindari berbagai senyuman yang menyambutku hangat, menjauhi setiap yang bergerak mendekat. Aku memilih menjaga kesemuanya itu untuk seseorang yang telah merebut perhatianku, mencuri pandangku dan membawa hatiku.
Seseorang yang baru
saja kembali untuk memberiku senyuman itu lagi, senyuman pertama seperti yang
ditunjukannya dulu, yang membuat seluruh oksigen di sekitarku seakan habis.
Senyuman yang dulu kukira adalah untukku, ternyata aku salah karena saat ini
senyuman itu tertuju untuk sahabatku, disebelahku.
Aku tersenyum getir.
Tak bisakah dia tak menunjukkannya langsung di depanku? Setidaknya biarkan aku
menutup mata, telinga dan pikiranku dari segala kemungkinan yang akan terjadi
setelah lima tahun berlalu. Biarkan aku menganggap bahwa dia kembali untukku.
Dalam diamku, aku
memperhatikannya yang telah lama jauh dari pandangku. Memperhatikan bagaimana
matanya yang lembut menatap sahabatku. Kemudian menoleh dan pura-pura sibuk
ketika mata tak sengaja bertatap. Dalam diamku, bibirku melengkung menciptakan
sebuah senyum hanya untuknya yang sedang menciptakan tawa untuk sahabatku. Ya Tuhanku,
bagaimana bisa aku merasakan perasaan senang dan sedih dalam satu waktu.
Dan malam itu seperti
malam-malam biasanya, malam dimana pengantaran airmata pada Tuhan. Malam
pengaduan rasa yang tak berkesudahan, yang akhirnya membawaku berteriak dalam
hati meminta ketangguhan diri karena rasa seperti tak mampu lagi, menekan
perasaan atau menyimpan dalam hati. Dalam kesedihan yang tak dianjurkan ini,
aku bersimpuh berlinang airmata. Bisakah aku tak mengerti dan tak mau tahu
tentang apa-apa yang membawaku pada perasaan ini?
Dalam diamku, biarkan
aku berusaha mengambil hatiku kembali, mencintai sendirian sungguh tak apa
karena Tuhan telah siapkan janji-janji indah suatu hari nanti. Kalaupun tak
begitu dalam diamku, biarkan Tuhan menggantikan hatiku dengan yang baru yang
membuatku berucap rasa syukur tak henti, yang membuat jatuhnya airmataku
disepertiga malam terbayar tunai dengan senyum dan tawa bahagia yang diciptakan
pemilik hatiku yang baru.
Dalam diamku, biarkan
aku terus perbaiki tutur kataku, menyiapkan diri untuk seseorang yang menjadi
takdirku. Tak lagi curi-curi pandang kepada yang bukan halalku, tak lagi
menghancurkan hatiku. Lalu biarkan aku hanya menyebut namanya yang aku cintai
dalam diamku disetiap malam-malamku bersujud pada Tuhanku. Menunggu takdir
membawaku kepada seseorang yang Tuhan siapkan hanya untukku.
01 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.