Mei 17, 2015

Sakit, sekarang

Aku ingin tak mengenal kata sedih, tapi apa daya?
Hatiku sedih kali ini, entah apa.

Aku tahu awan mendung menutup bintang malam itu
Aku tahu hujan turun saat itu
Pun juga aroma petrichor yang masih pekat

Jikapun ini tentang yang tidak boleh menyalahkan perasaan
maka biarkan aku menyalahkan diriku
membiarkannya bertindak tanpa tau akhir tak terduga
mengijinkannya menetap dalam-dalam
Jikapun ini tentang menunggu takdir
rasa-rasanya tak ingin ku cepat-cepat dihinggapi,
diselimuti perasaan tak menentu-tak terkenal-menjadi satu
maka biarlah aku terus menjadi bayangannya,
dan tak mengerti apapun,
tak memahami apapun, juga tak menyadari apapun

Inginku tak merasakan agar tak menyakitkan
Namun apa dayaku, jika hati berkata

Inginku waktu berteleportasi
menghadirkan si penggenggam hati yang menetap yakin
tuk menggenggam hatiku dan tak ingin lepas
agar aku melewati kesakitan hati
Inginku tak berperasaan, mengganggap semuanya khayalan
sebelum yang sungguh-sungguh datang
agar hatiku hanya menjadi satu

Namun apa dayaku, ketika takdir menjawab
Bahwa hatiku telah menghilang
Dibawa dalam kepalan tangan
Semakin dikepal semakin sakit

Lalu, ya Allah. . .
Bisakah kau hentikan saja perasaan itu
Biarlah aku tak memikirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.