Inikah
namanya cinta.. oh inikah cinta... ups salah
Inikah
namanya batin.. oh inikah batin..
Inikah namanya cinta.. oh inikah cinta... ups salah
Inikah namanya batin.. oh inikah batin..
Disaat saatnya tiba waktu ulangan, seperti biasa
teman-teman sibuk dengan dirinya masing-masing entah itu bermain, mendengarkan
musik, ataupun belajar dengan serius. Di kelas kami memilih belajar dengan
serius. Semua orang memulai pekerjaan mereka masing-masing, semua terlihat
bersemangat setiap kali ada ulangan.
Kira-kira satu setengah jam lagi kami akan
benar-benar menutup buku rapat-rapat dan memulainya. Semua terlihat sangat
percaya diri dan benar-benar menguasai. Khususnya saya sendiri, sebelum hari
ini saya dan beberapa teman meluangkan waktu kami sedikit belajar mengenai
materi yang tidak kami pahami setelah pulang sekolah, setidaknya kami bersama
itu jelas lebih mudah untuk mengerjakan soal ataupun latihan-latihan. Dan tadi
malam saya telah mengulang apa yang telah saya pelajari dengan teman saya itu.
Saya sangat yakin bahwa saya akan mampu mengerjakannya. Akhirnya waktu yang
singkat itu datang, saat ini kertas ulangan sudah ada di atas meja kami, dengan
membaca bismillah saya mulai mengerjakannya. Saya mencoba dengan berhati-hati
sangat berhati-hati karena saya tahu bahwa saya bukan orang yang teliti. Satu
demi satu soal telah saya kerjakan walaupun ada satu atau dua yang terlewat.
Namun saya yakin dengan jawaban saya.
Waktu sudah habis, saya meletakkan pensil dan
bergumam "Hhh Alhamdulillah......(˘ʃƪ˘)"
Entah kenapa saat itu saya sangat percaya diri dan
sangat senang telah berhasil mengerjakan dengan baik, ya memang sebelumnya saya
tidak pernah merasakan perasaan ini di ulangan tertentu *****
Setelah beberapa hari hasil ulangan keluar, saya
hanya berdoa kepada Allah "Ya Allah, kalau kodarnya nilai jelek jadikan
itu yang terbaik dari sisimu, dan ketika nilai jelek itu benar adanya tolong
bantu tahan air mata. amin."
Tiba nama teman saya yang dipanggil dengan langkah
penuh percaya diri dia mengambil kertas itu, wajahnya tersenyum menandakan
nilainya baik, setelah menuju bangku. Saya melirik sedikit 100 nilainya 100!!
itu nilai yang sudah biasa baginya, semua orang menghampiri dan bersorak
untuknya mereka bangga dan sangat menginginkan hal yang sama mendapatkan nilai
sempurna, begitu juga dengan saya. Kini giliran namaku yang dipanggil setelah
melihat hasilnya "Innalilahi..." lalu saya mencari apa yang salah,
lagi dan lagi ketidak telitianku menghancurkan harapanku. Saya mulai melamun
dan berpikir, "berarti besok ga boleh diulangin nih yang kaya gini,
semangat (҂'̀⌣'́)9
lu belum mati bro" dengan bergumam seperti ini saya mencoba menguatkan
diriku sendiri.
Sementara dia yang telah di sorak-sorakkan maupun
dia yang menyorakkan tersenyum senang, dan mengabaikan sekelilingnya, mereka
tahu bagaimana nilai saya.
"Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan saya
menahan ini, Allahlah yang telah membantu saya, Allah yang mengetahui itu.
Allah yang mengizinkan saya untuk menangis hanya dihadapannya"
Gimana menurut kalian? mungkin gue yang lebay aja
kalinya nyebut ini tekanan batin...
tapi kalo masalah batin beneran tertekan. Coba
rasain jadi karakter "saya" dan karakter "dia"
*Cerita ini hanya suatu gambaran, tidak sama sekali
berniat menjelek-jelekkan siapapun, thanks:)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.