Februari 20, 2013

Inikah yang namanya "tekanan batin"?

Inikah namanya cinta.. oh inikah cinta... ups salah
Inikah namanya batin.. oh inikah batin.. 





Inikah namanya cinta.. oh inikah cinta... ups salah

Inikah namanya batin.. oh inikah batin..

Disaat saatnya tiba waktu ulangan, seperti biasa teman-teman sibuk dengan dirinya masing-masing entah itu bermain, mendengarkan musik, ataupun belajar dengan serius. Di kelas kami memilih belajar dengan serius. Semua orang memulai pekerjaan mereka masing-masing, semua terlihat bersemangat setiap kali ada ulangan.

Kira-kira satu setengah jam lagi kami akan benar-benar menutup buku rapat-rapat dan memulainya. Semua terlihat sangat percaya diri dan benar-benar menguasai. Khususnya saya sendiri, sebelum hari ini saya dan beberapa teman meluangkan waktu kami sedikit belajar mengenai materi yang tidak kami pahami setelah pulang sekolah, setidaknya kami bersama itu jelas lebih mudah untuk mengerjakan soal ataupun latihan-latihan. Dan tadi malam saya telah mengulang apa yang telah saya pelajari dengan teman saya itu. Saya sangat yakin bahwa saya akan mampu mengerjakannya. Akhirnya waktu yang singkat itu datang, saat ini kertas ulangan sudah ada di atas meja kami, dengan membaca bismillah saya mulai mengerjakannya. Saya mencoba dengan berhati-hati sangat berhati-hati karena saya tahu bahwa saya bukan orang yang teliti. Satu demi satu soal telah saya kerjakan walaupun ada satu atau dua yang terlewat. Namun saya yakin dengan jawaban saya.

Waktu sudah habis, saya meletakkan pensil dan bergumam "Hhh Alhamdulillah......(˘ʃƪ˘)"

Entah kenapa saat itu saya sangat percaya diri dan sangat senang telah berhasil mengerjakan dengan baik, ya memang sebelumnya saya tidak pernah merasakan perasaan ini di ulangan tertentu *****

Setelah beberapa hari hasil ulangan keluar, saya hanya berdoa kepada Allah "Ya Allah, kalau kodarnya nilai jelek jadikan itu yang terbaik dari sisimu, dan ketika nilai jelek itu benar adanya tolong bantu tahan air mata. amin."

Tiba nama teman saya yang dipanggil dengan langkah penuh percaya diri dia mengambil kertas itu, wajahnya tersenyum menandakan nilainya baik, setelah menuju bangku. Saya melirik sedikit 100 nilainya 100!! itu nilai yang sudah biasa baginya, semua orang menghampiri dan bersorak untuknya mereka bangga dan sangat menginginkan hal yang sama mendapatkan nilai sempurna, begitu juga dengan saya. Kini giliran namaku yang dipanggil setelah melihat hasilnya "Innalilahi..." lalu saya mencari apa yang salah, lagi dan lagi ketidak telitianku menghancurkan harapanku. Saya mulai melamun dan berpikir, "berarti besok ga boleh diulangin nih yang kaya gini, semangat (҂'̀'́)9 lu belum mati bro" dengan bergumam seperti ini saya mencoba menguatkan diriku sendiri.

Sementara dia yang telah di sorak-sorakkan maupun dia yang menyorakkan tersenyum senang, dan mengabaikan sekelilingnya, mereka tahu bagaimana nilai saya.

"Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan saya menahan ini, Allahlah yang telah membantu saya, Allah yang mengetahui itu. Allah yang mengizinkan saya untuk menangis hanya dihadapannya"

Gimana menurut kalian? mungkin gue yang lebay aja kalinya nyebut ini tekanan batin...

tapi kalo masalah batin beneran tertekan. Coba rasain jadi karakter "saya" dan karakter "dia"

*Cerita ini hanya suatu gambaran, tidak sama sekali berniat menjelek-jelekkan siapapun, thanks:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.